Pengalaman memiliki putri yang di usia awal kehidupannya didiagnosis mengalami Gangguan Bahasa Ekspresif (GBE) membuatku lebih santai ketika putra keduaku Andra juga mengalami keterlambatan dalam aspek bicara dan bahasanya, karena GBE sendiri juga disebabkan oleh faktor genetic atau diturunkan. Menurutku saat itu, Andra masih lebih baik aspek bicaranya dibandingkan Raya karena pada usia 7 bulanan Andra melewati tahapan ‘babbling’, sedangkan Raya tidak babbling sama sekali. Perilaku ‘santai’ ku itu yang akhirnya sangat kusesali, karena setelah melewati usia 18 bulan, babblingnya berhenti dan bukannya berubah menjadi kata-kata bermakna, tapi justru menghilang sama sekali …tidak ada kata atau suara, hanya sedikit gumaman yang sesekali keluar dari mulut mungilnya.
Berbeda dengan Raya, Andra tidak selalu menengok atau melihat ketika namanya dipanggil, kontak matanya sangat minim dan lebih senang main sendiri, walaupun ketika diajak main oleh kakaknya dia masih memberikan sedikit respon interaksi.
Maheswara Aryandra Rahman, usia 12 bulan |
Sama seperti Raya, akhirnya Andra di bawa ke dokter spesialis syaraf anak pada usia 20 bulan, dan diagnosis yang muncul saat itu adalah Global Developmental Delay (GDD). Selama proses observasi Andra sangat tidak kooperatif dan melakukan banyak sekali penolakan terhadap instruksi, beberapa mungkin karena ia memang tidak paham instruksinya. Diagnosis GDD muncul karena Andra mengalami keterlambatan di 2 aspek perkembangan yaitu bahasa dan interaksi.
Aspek bahasa terdiri dari 2 bagian yaitu kemampuan bahasa ekspresif dan bahasa reseptif (pemahaman), untuk aspek bahasa ekspresif Andra jelas tertinggal karena belum bisa berbicara sama sekali, sedangkan untuk bahasa reseptifnya seringkali Andra menolak untuk melakukan apa yang diminta, atau mungkin juga dia memang benar2 tidak paham untuk melakukan apa yang diminta. Komunikasi yang terjadi ketika dia menginginkan sesuatu adalah dengan gesture tubuhnya, menarik tangan dan menunjukkan apa yang dia inginkan.
Ketika dipanggil namanya, seringkali Andra tidak menoleh walaupun ketika mendengarkan musik tak jarang juga ia berjoget menggoyang2kan tubuhnya. Tetapi untuk lebih meyakinkan apakah Andra memiliki gangguan pendengaran atau tidak, Andra melakukan serangkaian test pendengaran (OAT/BERA) dan hasilnya normal, pendengarannya baik dan positif tidak ada gangguan pendengaran. Saat ini Andra masih terus mengikuti terapi perilaku dan terapi wicara.
Terapi perilaku di lakukan untuk :
- Membuat Andra lebih aware terhadap instruksi2 sederhana dan lingkungan sekitarnya
- Mengajarkan cara dan terus memotivasi Andra untuk berkomunikasi 2 arah.
- Mengurangi perilaku penolakannya yang terhadap arahan
- Mengurangi perilaku mal adaptifnya, seperti membentur2kan kepalanya (head banging) ke tembok atau lantai ketika marah.
- Mengajarkan cara memainkan mainan sesuai fungsi
- Dll
Terapi Wicara dilakukan untuk :
- Melatih oral motor
- Melatih persepsi bunyi
- Dll
![]() |
Maheswara Aryandra Rahman, usia 24 bulan |
Kedua bentuk terapi ini harus dijalankan secara bersamaan dan juga berkesinambungan dengan aktivitas sehari2 di rumah. Setahun berlalu sejak Andraku didiagnosis GDD, berbagai upaya dan intervensi telah dilakukan untuk membuatnya lebih baik… Andraku masih belum bisa berbahasa seperti anak-anak seusianya.. tetapi sekarang ia sudah mulai bisa mengucapkan bubu, babap, kaka, boa (untuk bola), jejah (untuk gajah), kuwa-kuwa (untuk kura2) dan beberapa kata lainnya, walaupun target perkembangan bicara bahasanya masih sangat jauh di bawah…tapi aku tidak akan pernah menyerah dan berhenti berusaha… i”ll do anything for you son, whatever it takes ….